Warga Bandung Keluhkan Penurunan Harga BBM Yang Tidak Signifikan

Merdeka.com, Bandung - Meskipun harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi mengalami penurunan dari harga semula Rp 7.800 menjadi Rp 7.650 per liter turun Rp 150 jenis pertalite. Sejumlah masyarakat masih mengeluhkan bahwa penurunan harga tidak signifikan.
Kemudian untuk Pertamax turun Rp 200 dari harga Rp 10.400 menjadi Rp 10.200 per liter. Pertamax Turbo turun Rp 250 dari Rp 12.250 menjadi Rp 12.000 per liter. Kemudian Dexlite turun Rp 200 dari harga semula Rp 10.500 menjadi Rp 10.300 per liter dan Dex turun dari Rp 11.850 menjadi Rp 11.750 per liter.
Salah satu warga Kota Bandung Jawa Barat Uli (27) mengaku, sudah mengetahui penurunan harga BBM sejak tadi pagi. Menurutnya penurunan harga BBM tidak begitu berpengaruh besar.
"Ah enggak begitu ngaruh kalau menurut saya mah. Apalagi turunnya cuma Rp 200, Rp 150. Kalau kita beli kan biasanya sesuai nominal pembulatan. Jadi enggak begitu signifikan," katanya saat ditemui di SPBU Jalan Wastukancana, Sabtu (5/1).
Uli yang sehari-sehari membeli BBM jenis Pertamax ini justru menyayangkan kenapa penurunan harga tidak signifikan. Padahal saat terjadi kenaikan harga, besarannya cukup signifikan.
"Misalnya Pertamax. Dulu kan harganya Rp 9.500 naik jadi Rp 10.400. Naiknya Rp 900 hampir seribu rupiah. Tapi sekarang ka turunnya cuma Rp 200," ucapnya.
Pantauan Merdeka.com di sejumlah SPBU di Kota Bandung, penurunan harga sudah dilakukan secara serentak.
Sahara (40) salah seorang petugas SPBU di Jalan Wastukancana mengatakan,penurunan harga BBM non subsidi ini mulai diberlakukan sejak pukul 00.00 dinihari kemarin.
"Iya harganya turun. Penurunannya sudah mulai berlaku jam 12 malam tadi," ujar Sahara kepada Merdeka.com di SPBU Jalan Wastukancana.
Diketahui, PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Non Subsidi dengan besaran yang bervariatif. Hal ini seiring dengan turunnya harga rata-rata minyak mentah dunia dan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika

0 komentar:

Posting Komentar

Tidak boleh berkata-kata kasar